Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Jumat, 26 Februari 2021

Tolak BMW Mewah dari Anak, Tukang Sampah Ini Pilih Sepeda

Tolak BMW Mewah dari Anak, Tukang Sampah Ini Pilih Sepeda

Tolak BMW Mewah dari Anak, Tukang Sampah Ini Pilih Sepeda

Kekayaan bukan segalanya. Harta hanya titipan Tuhan. Itulah pesan hidup tukang sapu di Dewan Badaraya Kuala Lumpur, Malaysia. Tukang sapu yang tak disebutkan namanya ini, lebih menentukan hidup sederhana, meski sebenarnya hidupnya bisa dicukupi anak-anaknya.

Kisah ini disampaikan oleh seorang ustaz, sobat tukang sapu itu, yang termasuk tak disebutkan namanya. Kehidupan tukang sapu ini terlampau sederhana, tak terpengaruh bersama segala kemewahan, lebih menentukan menyedekahkan hartanya.

Tukang sapu ini tinggal di rumah Flat Sentul. Di Indonesia, flat dikenal bersama nama rumah susun alias rusun. Saban hari dia berangkat dan pulang kerja bersama naik sepeda kayuh. Padahal, kawan-kawannya semua naik mobil.

“ Dia tetap naik sepeda. Kawan dia ini sentiasa hina dia, satu flat hina dia,” tulis sang ustaz, sebagaimana dikutip Dream dari laman siakapkeli.my, Senin 28 Maret 2016.

Tukang sapu ini tetap rendah hati. Meski sejatinya dia punya lumayan duwit untuk hidup mewah. Sebab, dua anaknya jadi dokter, dua ulang merupakan arsitek. Tiap bulan, anak-anak itu mengirim duwit untuk tukang sapu yang dihina-hina ini.

Dua anak yang bekerja sebagai dokter mengirim RM 2.000 atau kira-kira Rp 6,5 juta. Sementara, dua anak yang jadi arsitek memberinya RM 4.000 atau kira-kira Rp 13 juta. Dalam sebulan, tukang sapu ini mendapat Rp 19,5 juta dari anak-anaknya.

Untuk apa uang-uang itu? Yang jelas bukan dia gunakan untuk berfoya-foya. Dia sedekahkan duwit berikut untuk anak-anak yang tak bisa membayar sewa rusun. Dia termasuk membayar deposit rusun untuk mereka yang tak mampu.

“ Cuma dia pesan, jangan tinggalkan salat,” tulis sang ustaz. Tukang sapu itu termasuk berpesan agar orang-orang yang ditolong itu untuk jujur.

Dan tukang sapu ini sebenarnya tak terpengaruh bersama kekayaan. Tak terpengaruh bersama kemewahan hidup. “ Ustaz, harta bukan punya kita ustaz.”

Dan yang lebih mencengangkan lagi, tukang sapu ini baru saja diberikan mobil MBW keluaran terbaru. Seri 320i. Di Indonesia, mobil itu harganya kira-kira Rp 600 juta.

Tapi apa yang tukang sapu itu katakan? “ Ustaz, daripada naik BMW, aku tersedia sifat sombong, congkak, dan riak. Saya lebih senang naik sepeda ustaz.”

“ Sepeda aku tak pernah putus rantainya, tak pernah bocor bannya, begitu gundul ganti.”

Ya, kisah tuang sapu di Kuala Lumpur ini memberi banyak pelajaran bagi kita semua. Harta bukan segalanya. Di antara rezeki kita itu, tersedia rezeki orang lain yang dititipkan Tuhan kepada kita. Maka, bersedekahlah.

Senin, 29 Juni 2015 jadi hari yang tidak biasa bagi semua jajaran anggota Polda NTB. Di hari itu, seorang tukang sapu bisa berdiri di hadapan ribuan anggota polisi, sejajar bersama Kapolda Nusa Tenggara Barat NTB pada apel pagi.

Kapolda NTB Brigjen Pol Umar Septono sengaja menghadirkan tukang sapu pada apel pagi itu. Dia mengidamkan mengingatkan kepada semua anggotanya perihal pentingnya menjunjung mereka yang berprofesi lebih rendah.

Umar mengidamkan perlihatkan bagaimana kisah keteladan itu datang. Tidak melulu dari orang-orang besar, keteladanan bisa ada dari orang-orang kecil.

" Di mana dunia, tukang sapu kemungkinan adalah strata terendah, namun di mata Tuhan beliau ini lebih tinggi dari saya, bahan kemungkinan dari kalian semua," ujar Umar di hadapan semua anggotanya.

Umar mengatakan, tukang sapu berikut udah mengabdi sejak lama di lingkungan Mapolda NTB. Berpendapatan Rp500 ribu perbulan dan bekerja sejak pukul 04.30 WITA, tukang sapu berikut begitu ikhlas meski banyak anggota polisi yang mengikis sampah.

" Apa kita tidak malu layaknya itu? Bahkan kita udah menzolimi beliau," kata dia.

Lebih lanjut, Umar mengingatkan tugas yang diemban oleh setiap polisi merupakan titipan Tuhan. Sejatinya, lewat tugas berikut dia berpesan kepada anggotanya agar mobilisasi pekerjaan sebagai wujud ibadah.

Kesulitan hidup warga Gaza, Palestina, tak serta-merta menghapus integritas mereka. Di sedang tekanan, baik secara fisik maupun mental, ternyata tak menghapus kejujuran yang mereka miliki.

Setidaknya itulah yang ditunjukkan Jawad Mansour, seorang tukang sapu di Holest Culture Centre, di Jalur Gaza. Saat hendak pulang –pada 29 Desember silam- dia menemukan tumpukan duwit bersama jumlah US$ 30 ribu atau kira-kira Rp 383 juta.

Meskipun keadaan keuangan yang sulit, Mansour tak punya niat mengambil duwit itu untuk kepentingan pribadi. Bersama dua rekannya, Yousef Al-Jabda dan Nayef Sukkar, dia berupaya melacak pemilik duwit tersebut.

Mansour meyakinkan tak tersedia sepeser pun duwit yang dia ambil. Bersama teman-temannya, dia menelusuri pemilik duwit itu bersama berkunjung ke sejumlah toko, masjid, dan kantor-kantor setempat. Sampai selanjutnya mereka menemukan sang pemilik uang, seorang akuntan di perusahaan Yazji Beverage Company, Abu Muhammad, yang udah memicu laporan kehilangan ke polisi.

Pria yang termasuk dikenal sebagai Abu Waseem, apalagi menampik untuk menerima hadiah. Itu dia jalankan cocok bersama prinsip hidupnya.

Mansour yang udah bekerja sepanjang 8 tahun sebagai tukang sapu kota di Jalur Gaza mengaku sering menemukan benda-benda yang jatuh di jalanan maupun selokan. Namun tak tersedia permohonan sama sekali untuk punya benda-benda itu. Dia menentukan hidup bersama gaji yang di terima US$ 200 atau kira-kira Rp 2,5 juta perbulan.

Uang itu merupakan punya Yazji Beverage Company yang hendak ditransfer ke bank oleh Abu Muhammad. Namun, saat menuju ke bank, duwit itu tak sengaja jatuh. Abu Muhammad sesudah itu melapor ke polisi.

Semula, polisi tak yakin bersama laporan yang dibuat oleh Abu Muhammad. “ Dia menyebutkan kepada aku bahwa cerita aku luar biasa, tidak masuk akal,” tutur Abu Muhammmad sebagaimana dikutip Dream dari smpalestine.com, Jumat 13 Februari 2015.

Polisi sesudah itu memeriksa mobil Abu Muhammad. Tapi tak menemukan duwit tersebut. Abu Muhammad selanjutnya meninggalkan nomer telpon genggamnya ke pos polisi dan berharap petugas menghubungi dia kecuali tersedia orang baik hati mengembalikan duwit itu.

Tak berselang lama, Mansour menemukan duwit itu di jalan. Setelah melaporkan duwit itu ke polisi, Mansour berharap agar dia jadi orang yang mengembalikan duwit tunai tersebut. Dengan begitu, dia bisa meyakinkan bahwa duwit itu diserahkan kepada pemilik yang sah.

Ketika Abu Muhammad tiba, Mansour memintanya untuk menyebutkan kronologi kehilangan dan susunan duwit itu, agar yakin bahwa Abu Muhammadlah pemilik duwit itu.

Sambil menangis, Abu Muhammad menyebutkan bahwa ia udah kehilangan US$ 30.000 itu. “ Uang itu terdiri dari tiga tumpukan. Salah satu dari tiga tumpukan memuat empat US$ 50,” kata Abu Muhammad.

Setelah yakin, Mansour menyerahkan duwit itu kepada Abu Muhammad. Kedua orang berjabat tangan, bersyukur atas kejujuran ini. “ Ini punya Anda,” tutur Mansour.

Dalam sebuah wawancara bersama TV Al Quds, Mansour menyebutkan lebih dari satu kesulitan yang dia menghadapi dan bagaimana mengembalikan duwit yang bisa saja dia miliki.

“ Saya bekerja di Salaheddine Road di mana aku menyirami tanaman di sepanjang jalan. Jika mobil menabrak saya, apa yang bakal berlangsung pada aku [dan keluarga saya]? Saya bisa menyembunyikan duwit itu,” kata dia.

Kini, seorang petugas kebersihan yang pada awalnya diabaikan oleh pengguna jalan jadi populer karena kejujuran. Mansour kini dikenal di semua Gaza. Meski dalam kesulitan ekonomi, Mansour menampik untuk menerima hadiah 10% dari perusahaan Yazji. Dia menyebutkan bahwa upahnya dari Allah.

Tak tersedia yang menyangka bersama apa yang dikerjakan gadis cilik berusia lima tahun ini di pinggiran jalan Liziyuan, Longhui kota Shaoyang, provinsi Hunan. Xia Meiling berkenan jadi tukang bersih-bersih jalanan di usianya yang tetap belia.

Ia bukan anak jalanna yang tak punya keluarga. Dia tetap punya orangtua yang bekerja di sebuah pabrik pakaian di Guangzhou. Namun, Xia lebih menentukan untuk tinggal bersama sang nenek yang udah berusia 64 tahun.

Saat nenek sedang sakit, Xia sering memantu dan menggantikan pekerjaan sang nenek. Karena sering turut saat nenek bekerja, maka tak heran kecuali Xia begitu mahir saat memberisihkan jalanan, sampai memasukan ke dalam tong samnpah.

Xia mengidamkan meringankan beban pekerjaan yang dialami sang nenek. Di usianya yang tetap dini, Xia anggap sebagai wujud kecintaan dan rasa baktinya karena nenek udah menjaga Xia. 

Kirimkan kisah nyata inspiratif disekitamu atau yang kamu temui, ke komunitas@dream.co.id, bersama syarat dan ketentuan sebagai berikut:

1. Lampirkan satu paragraf dari konten blog/website yang mengidamkan dipublish
2. Sertakan link blog atau sosmed
3. Foto bersama ukuran high-res

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot